Sabtu, 18 November 2017

Jenis Tari Tunggal

a. Tari Tradisional
Tari Tunggal yang berasal dari tari tradisional terdapat di setiap daerah dengan versi yang berbeda-beda. Tari tradisional diwariskan secara turun-temurun. Tarian tersebut disesuaikan dengan kebutuhan tema masing-masing daerah.
Contoh Tari tradisional: Tari Kemakmuran, Tari Tani, dan Tari Nelayan.
b. Tari Rakyat
Tari Rakyat adalah tari yang hidup dan berkembang di kalangan rakyat. Contoh: Tari Kuda Kepang dan Tari Topeng Babakan.
c. Tari klasik
Tari klasik adalah tarian yang mempunyai nilai artistik tinggi dan dijadikan tolak ukur bagi karya seni zaman kuno.Oleh karena itu, tari bersifat klasik langgeng dan bernilai kekal.
d. Tari Kreasi
Tari kreasi adalah tarian yang gerakannya merupakan perkembangan dari gerak tari tradisional.

Wayang Kulit

Pertunjukan wayang kulit memiliki beberapa unsur penting:
a. Dalang
Dalang adalah narator dalam pertunjukan wayang. Dalang sekaligus juga melafalkan dialog para tokoh pewayangan. Ia mampu membawakan watak beberap tokoh sekaligus. Sepanjang pertunjukan wayang, dalang duduk dengan posisi bersila, kaki kanan menyilang ke paha kiri. Ia harus bertahan dalam posisi tersebut hingga akhir pertunjukan.

b. Wayang
Berbentuk tokoh-tokoh yang digambarkan secara figuratif di atas kulit. Berbagai bentuk wayang mewakili karakter tokoh pewayangan.
c. Gamelan
Merupakan musik pengiring yang terdiri atas perpaduan berbagai instrumen musik yang dimainkan dengan cara dipukul dan menciptakan perpaduan yang indah. Gamelan juga membantu menciptakan suasana cerita.
d.Kotak Kayu
Kotak kayu ini merupakan ciri khas yang dimiliki dalang. Kotak ini digunakan untuk menyimpan sekitar 200 buah wayang. Ukuran kotak kurang lebih 150x80x60 cm.
e. Chempala atau pemukul kayu
Berupa tongkat kayu berukuran panjang 20 cm dan berdiameter 5 cm. Digunakan oleh dalang untuk menimbulkan efek suara tertentu dan memberi isyarat kepada pemain gamelan untuk memainkan musik yang diinginkan atau menghentikannya.
f. Kepyak
Memiliki fungsi yang hampir sama dengan chempala, tetapi terbuat dari tiga keping perunggu. Efek yang ditimbulkan berbeda dengan chempala.

Berbagai Tari Tunggal Nusantara

a. Tari Dewi Anjasmara

Tari ini berasal dari daerah Sunda (Jawa Barat). Tari Dewi Anjasmara ini menggambarkan tentang putri bangsawan yang bernama Putri Anjasmara dari hikayat Jawa tentang cerita Damarwulan. Putri Anjasmara ini diceritakan sebagai kekasih dari Damarwulan, seorang kesatria yang berhasil mengalahkan Minak Jingga pada zaman Kerajaan Majapahit.
Tarian ini menggambarkan saat Putri Anjasmara berdandan sebelum bertemu dengan Damarwulan.
b. Tari Gatotkaca

Tari Gatotkaca merupakan salah satu tari wayang. Tari Gatotkaca sebenarnya berasal dari Solo. Tapi seorang bernama Rd. Ono Lesmana Kartadikusumah menciptakan tarian Gatotkaca versi Sunda pada tahun 1957.Tari Gatotkaca merupakan tari jenis putra yang mempunyai karakter gagah monggawa. Tari ini menceritakan tentang Gaotkaca yang merindukan Putri Pergiwa.
c. Tari Bondan




Tari Bondan adalah salah satu tari tunggal putri yang berasal dari Solo. Tari ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu Tari Bondan Cindogo, Tari Bondan Mardisiwi, dan Tari Bondan Pegunungan. Tari Bondan Cindogo dan Mardisiwi menggambarkan rasa kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Sedangkan Tari Bondan Pegunungan menggambarkan tingkah laku putri asal pegunungan yang sedang asyik menggarap sawah atau ladang. Tari Bondan ini ditarikan dengn menggunakan kostum berupa kain wiron, baju kotang, dan jamang serta dilengkapi dengan payung dan boneka.

Jumat, 17 November 2017

Obligasi

Obligasi adalah surat pernyataan utang jangka menengah-panjang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi disertai janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon (bunga) pada saat jatuh tempo.
Jenis obligasi dikelompokkan menjadi obligasi perusahaan dan obligasi pemerintah. Obligasi pemerintah terdiri atas beberapa jenis sebagai berikut:
1) Obligasi rekap, yaitu obligasi yang diterbitkan untuk tujuan khusus dalam rangka program rekapitalisasi perbankan.
2) Surat Utang Negara (SUN), yaitu surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam nilai mata uang rupiah ataupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh pemerintah Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.
3) Obligasi Ritel Indonesia (ORI), yaitu obligasi yang diterbitkan pemerintah untuk dijual secara ritel  (eceran) kepada individu atau perorangan warga negara Indonesia (WNI) melalui agen penjual dengan besaran yang telah ditentukan.
4) Surat Berharga Syariah Negara (Obligasi Syariah/Sukuk), yaitu obligasi yang diterbitkan untuk membiayai defisit APBN berdasarkan prinsip syariah.

Jenis-jenis Neraca Pembayaran

1) Transaksi Berjalan (Current Account)
Transaksi berjalan (neraca lancar) berkaitan dengan ekspor impor barang dan jasa dalam satu tahun. Transaksi berjalan meliputi:
a. Neraca Perdagangan (balance of trade), yaitu daftar perdagangan barang (ekspor dan impor) suatu negara dengan negara lain dalam jangka waktu satu tahun.
b. Neraca Jasa, yaitu ikhtisar yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran devisa serta selisih transaksi ekspor dan impor jasa, seperti penjualan jasa angkutan, pariwisata, asuransi, pendapatan investasi, modal/investasi di luar negeri, penduduk negara lain, pembayaran bunga, dividen, serta bunga modal.
c. Nerca Nonbalas jasa (transfer payment), yaitu untuk mencatat transaksi yang tidak menimbulkan balas jasa, misalnya hibah.
2) Neraca Modal (Capital Account)
Neraca modal (transaksi modal) merupakan neraca yang menunjukkan perubahan-perubahan dalam kepemilikkan aset jangka panjang dan jangka pendek seperti saham, obligasi, dan real estate suatu negara.
3) Neraca Penyeimbang (Seattlement Account)
Neraca penyeimbang merupakan saldo neraca permbayaran yang sama dengan nol/seimbang.
4) Selisih Perhitungan (Statisitical Discrepancy)
Selisih perhitungan merupakan salah satu faktor lain yang menyebabkan saldo neraca pembayaran tidak sama. Hal ini disebabkan adanya ketidaklengkapan informasi dan/atau transaksi yang tidak tercatat.

Letter of Credit (L/C)

Letter of Credit (L/C) adalah pernyataan tertulis yang diterbiktkan bank atas permintaan nasabah untuk menyediakan sejumlah uang bagi kepentingan eksportir/beneficiary.
Ditinjau dari hal-hal tersebut, jenis-jenis L/C dapat dibedakan sebagai berikut:
- Revocable letter of credit, yaitu L/C yang dapat diubah atau dibatalkan secara sepihak oleh importir atau issuer/bank tanpa persetujuan eksportir atas permintaan importir.
- Irrevocable letter of credit, yaitu L/C yang tidak dapat diubah atau dibatalkan tanpa persetujuan eksportir dan importir.
- Confirmed irrevocable letter of credit, yaitu L/C yang tidak dapat diubah atau dibatalkan secara sepihak, tetapi L/C dapat dijamin sepenuhnya oleh confirming bank selama syarat terpenuhi dan tidak dibatalkan oleh pihak eksportir dan importir.
- Tranferable letter of credit, yaitu beneficiary dapat dipindahtangankan berdasarkan instruksi khusus dari importir selaku pembuka L/C.
- Back to back letter of credit, yaitu L/C yang digunakan dalam keadaan seperti transferable L/C. Penerima (Beneficiary) biasanya bukan pemilik barang, hanya pedagang perantara.
- Red clause letter of credit, yaitu L/C yang mengusahakan advising, negotiating, atau confirming bank untuk membayar di muka baik sebagaian maupun seluruh nilai L/C kepada beneficiary (eksportir) sebelum pengangkutan barang sehingga pembayaran didasarkan pada simple receipt.
- Green ink cause letter of credit, yaitu L/C yang memberikan pembayaran di muka kepada beneficiary dengan syarat harus menyerahkan bukti atau tanda bukti penyimpanan barang hingga siap untuk diangkut di kapal.
- Revolving letter of credit, yaitu L/C yang dapat direalisasikan dan dinyatakan berlaku kembali secara otomatis terkait nilai atau jangka waktu L/C tanpa menunggu pemberitahuan dari issuer/bank.
- Stand by letter of credit, yaitu L/C yang menyediakan jaminan khusus bagi pihak beneficiary atau bank atas nama nasabahnya terkait fungsi finasial.

Sistem Upah

Upah adalah hak yang diterima oleh pekerja atau buruh dan dinyatakan dalm bentuk uang sebagai imbal jasa dari pengusaha atau pemberi kerja. Tingkat upah ditetapkan dan dibayarkan menurut perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas pekerjaan dan/atau jas yang telah atau akan dilakukan. Upah ditetapkan berdasarkan hal-hal berikut ini:
a. Upah Menurut Waktu
Upah ini dihitung berdasarkan lamanya seseorang bekerja. Contoh pemberlakuan sistem upah ini adalah pekerja bangunan yang dibayar per hari atau per minggu.
b. Upah Menurut Satuan Hasil
Upah menurut satuan hasil berdasarkan jumlah barang yang dihasilkan oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu. Contohnya, pemetik daun teh yang dihitung per kilo, pembersih kulit bawang dihitung per kilo, dan penjahit dihitung per potong pakaian.
c. Upah Borongan
Upah Borongan ditetapkan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pihak pemberi kerja sebelum dimulainya suatu pekerjaan. Contoh: upah pembangunan sebuah rumah yang ditetapkan pada awal pengerjaan, misalnya Rp 25.000.000,00.
d. Upah Sistem Bonus
Upah sistem bonus berdasarkan kesepakatan bersama antara pemberi kerja dan pekerja. Pembayaran upah ini biasanya diberikan kepada para pekerja di bidang marketing.
e. Upah Sistem Mitra Usaha
Upah sistem mitra usaha diberikan kepada para pekerja yang sekaligus menjadi mitra usaha perusahaan bersangkutan. Selain menerima gaji tetap, pekerja akan memperoleh penghasilan dari saham. Dengan pemberlakuan sistem upah ini, hubungan antara pekerja (mitra usaha) dan perusahaan semakin baik.

Wawasan Ekosistem dan Saling Ketergantungan


A. Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan ekosistem adalah suatu keanekaragaman suatu komunitas dan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan ekologi dalam alam.
Satuan yang terdapat dalam ekosistem adalah:
a) Individu yaitu makhluk hidup tunggal misalnya seekor semut, seekor burung, dan sebuah pohon.
b) Populasi yaitu semua individu sejenis yang menempati suatu daerah tertentu dalam kurun waktu yang sama. Contohnya populasi semut di atas meja.
c) Komunitas yaitu seluruh populasi yang menempati daerah yang sama pada waktu yang sama. Contohnya komunitas hutan jati.
d) Ekosistem adalah kesatuan komunitas dan lingkungannya yang membentuk suatu hubungan timbal balik yang kompleks antara organisme dengan lingkungannya.
e) Bioma adalah suatu ekosistem darat yang khas dan luas cakupannya. Contohnya bioma gurun, bioma hutan hujan tropis, dan bioma tundra.
f) Biosfer adalah kumpulan dari ekosistem atau bioma yang terdapat di permukaan bumi yang saling berhubungan dan membentuk sistem yang lebih besar.
Ekosistem terbagi menjadi 3 macam, antara lain:
1. Ekosistem Alami
Yaitu ekosistem yang terbentuk alami tanpa ada pengaruh atau campur tangan manusia. Contoh: ekosistem gurun pasir, hutan tropis, dan hutan gugur.
2. Ekosistem Buatan
yaitu ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia. Contohnya: kolam, waduk, sawah, ladang, dan taman.
3. Ekosistem Suksesi
Yaitu daerah yang tertimpa bencana gunung meletus sehingga seluruh kehidupan yang menghuninya punah. Setelah beberapa lama lingkungan itu menjadi ekosistem baru.

B. Komponen Ekosistem
Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:
- Komponen hidup (Biotik)
Adalah komponen ekosistem yang terdiri dari makhluk hidup yaitu penghasil (produsen), pemakai (konsumen), dan pengurai (dekomposer). Contoh komponen biotik adalah hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme.
- Komponen tak hidup (Abiotik)
Komponen abiotik yaitu komponen ekosistem yang terdiri dari faktor kimiawi dan fisis atau benda hidup dan faktor alam seperti tanah, air dan mineral yang diperlukan untuk proses fotosintesis, udara, cahaya yang dimanfaatkan oleh tumbuhan hijau melakukakn fotosintesis, suhu, dan iklim.
Dalam Buddhasasana dapat ditemukan ajaran tentang unsur-unsur yang membentuk ekosistem, yaitu
a) Catudhatu 4 (4 Kelompok Pembentuk Fisik)
1. Patavi-dhatu  :unsur tanah atau unsur padat
2. Apo-dhatu     : unsur air atau cair
3. Tejo-dhatu     : unsur api atau panas
4. Vayo-dhatu    : unsur angin atau gerak
b) Vikararupa 3 (Tiga Macam Gaya Plastis)
Vikararupa berarti pernyataan yang tertentu atau keadaan yang tertentu dari jata-rupa, yaitu sifat-sifat membiak dari materi. Vikararupa terdiri atas tiga macam, yaitu:
1. Lahuta adalah gaya ringan dari sifat materi
2. Muduta adalah gaya menurut dari sifat materi
3. Kammanata adalah gaya menyesuaikan diri di antara kedua bentuk perhubungan

C. Saling Ketergantungan
Terdapat 2 macam saling ketergantungan yaitu hubungan antara komponen biotik dan abiotik. Hubungan antara komponen biotik dan abiotik terdapat dua macam yaitu komponen biotik bergantung pada komponen abiotik contohnya, manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan membutuhkan oksigen untuk bernapas. Komponen biotik mempengaruhi komponen abiotik contohnya cacing tanah dapat menggemburkan tanah, atau akar pepohonan dapat menyerap dan menahan air hujan.
Saling ketergantungan antar komponen biotik yaitu rantai makanan, jaring-jaring makanan, piramida makanan, dan arus energi.
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan dalam urutan tertentu yang membentuk rangkaian lurus sederhana dan tidak bercabang-cabang.Jaring-jaring makanan adalah kumpulan beberapa materi makanan yang saling berhubungan. Piramida makanan adalah komposisi rantai makanan yang makin ke atas jumlahnya makin kecil. Sedangkan arus energi adalah perpindahan energi dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup yang lain dalam rantai makanan.

D. Kewajiban Manusia terhadap Lingkungan
Pengeksploitasian Sumber Daya Alam (SDA) seperti: mineral, energi, tumbuhan, binatang, udara, iklim, air, dataran, pegunungan, gurun dan sebagainya, oleh manusia berdampak bagi kerusakan alam dan ekosistemnya .Contoh pengeksploitasian tersebut adalah:
a) Pembalakan liar dan pembakaran hutan
b) Penambangan liar yang mengakibatkan kerusakan ekosistem
c) Pemanfaatan potensi alam secara besar-besaran
d) Lingkungan yang tidak terjaga akibat pembuangan sampah maupun polusi kendaraan
e) Pembangunan gedung-gedung modern dan pabrik-pabrik yang tidak bijaksana; dsb.

Penyebab pemanasan global adalah:
a. Efek rumah kaca
b. Efek umpan balik, seperti:
    1. Penguapan air akibat rumah kaca
    2. Awan yang memantulkan radiasi infra merah ke permukaan yang meningkatkan efek               pemanasan.
    3. Hilangnya kemampuan memantulkan cahaya oleh es
c. Variasi matahari yang memanaskan stratosfer (lapisan kedua dari atmosfer bumi)
d. Peternakan hewan (konsumsi daging) yang menghasilkan limbah paling banyak dan menjadi penyebab terbesar polusi terhadap alam.
Tindakan yang dilakukan untuk menjaga ekosistem serta pemanasan global dapat dilakukan dengan cara:
- Mengurangi kerusakan lingkungan dari asap kendaraan bermotor, limbah, sampah, dan bahan deterjen.
- Pemanfaatan sumber energi yang tidak akan habis sebagai pengganti minyak bumi atau batu bara
- Melakukan daur ulang (recycling)
- Melakukan pengawetan terhadap sumber daya alam berupa kayu
- Pengolahan air limbah, lautan serta daerah pesisir, dan penertiban pembuangan sampah
- Program kali bersih dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
- Sumber Daya Alam yang dapat diperbarui digunakan secara hati-hati
- Menjaga kawasan lindung, serta pelestarian flora dan fauna langka
- Reklamasi dan rehabilitasi lahan kritis serta diadakan reboisasi
- Mencegah karbon dioksida dengan memelihara dan menanam pohon
- Mengurangi produksi rumah kaca
- Mengurangi konsumsi daging dengan vegetarian
- Mengurangi pemakaian AC, penggunaan tisu, kertas dan plastik

Tata Krama dalam Vihara

Secara umum tata tertib di Vihara dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Tata Krama Berpakaian
1. Mengenakan pakaian yang rapi, bersih, dan sopan.
2. Tidak memakai busana ketat, rok mini, celana pendek, dan baju tanpa lengan.
3. Menanggalkan alas kaki, dan melepas tutup kepala sebelum memasuki vihara.
b. Tata Krama dalam Pikiran
1. Memasuki halaman vihara dengan pikiran yang bersih
2. Berusaha menjaga kesadaran, agar selama dalam vihara pikiran benar-benar 'suci'
c. Tata Krama dalam Ucapan
1. Saling memberi salam dengan bersikap anjali jika bertemu dengan sesama umat Buddha.
2. Tidak bicara yang tidak sopan dan kasar dalam vihara
3. Menjaga keheningan dengan menghindari pembicaraan yang tidak perlu, bicara keras, atau berteriak.
d. Tata Krama dalam Perbuatan
1. Setiba di vihara hendaknya langsung memasuki ruangan puja bakti untuk bersujud/memberi penghormatan di depan altar
2. Menggunakan waktu untuk bermeditasi, ketika menunggu waktu puja bakti dimulai, dan meninggalkan ruang puja bakti dengan tanpa bersuara
3. Tidak membunuh, mencuri, berbuat yang tidak sopan, dan minuman keras/obat terlarang
4. Tidak merokok dalam vihara
5. Tidak membawa senjata tajam, minuman keras, obat terlarang, serta barang-barang yang dilarang lainnya
e.Tata Krama terhadap Bikkhu/Bikkhuni
1. Berdiri memberi penghormatan dengan bersikap anjali dan sedikit membungkuk jika bikkhu/bikkhuni lewat dengan mengucapkan salam
2. Memanggil bikkhu dengan penuh hormat berkata "bhante" dan memanggil bikkhuni kata "ayya", calon bikkhu "samanera" dan calon bikkhuni "samaneri". Panggilan "sefu/suhu" dapat digunakan terhadap bikkhu/bikkhuni yang merupakan guru.
3. Berhenti sejenak bila berpapasan dengan anggota sangha
4. Bangun jika sedang duduk, dan memberikan tempat duduk di tempat yang terbaik
5. Duduk di tempat yang tidak lebih tinggi dari bikkhu atau bikkhuni

Hak dan Kewajiban Manusia

A. Pengertian Hak dan Kewajiban
Hak adalah Kewenangan untuk bertindak, kewenangan untuk mendapatkan sesuatu yang seharusnya diperoleh.
Kewajiban adalah Tindakan untuk memenuhi dan melaksanakan sesuatu yang menjadi tanggungjawabnya.
Buddha membabarkan mengenai Hak dan Kewajiban di dalam Sigalovada Sutta. Buddha menjelaskan bahwa penghormatan terhadap enam arah dilakukan dengan memandang enam arah sebagai pelaksanaan kewajiban timbal balik kepada:
1. Ayah dan Ibu (Arah Timur)
2. Guru (Arah Selatan)
3. Isteri dan anak (Arah Barat)
4. Sahabat (Arah Utara)
5. Pelayan (Arah Bawah)
6. Para Pertapa (Arah Atas)

B. Kewajiban Timbal Balik Antara Anak dan Orang Tua


Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari orang tua dan anak. Kehidupan orang tua dengan anak akan bahagia jika kedua belah pihak memahami hak dan kewajiban masing-masing.
a. Kewajiban Anak terhadap Orangtua
Buddha memberikan khotbah bahwa dengan 5 cara anak memperlakukan orangtuanya yang dilambangkan penghormatan pada arah Timur dalm Sigalovada Sutta yaitu:
1. Merawat dan Menunjang kehidupan orang tua
2. Melakukan kewajiban sebagai anak yang berbakti
3. Menjaga kehormatan keluarga
4. Menjaga baik warisan
5. Memberikan persembahan jasa kebajikan kepada sanak keluarga yang meninggal
b. Kewajiban Orangtua terhadap Anak
Kewajiban orang tua terhadap anak adalah:
1. Mencegah anak berbuat jahat
2. Menganjurkan anak berbuat baik
3. Melatih anak suatu keahlian
4. Mencarikan pasangan yang sesuai
5. Menyerahkan warisan

C. Kewajiban Timbal Balik antara Siswa dan Guru

a. Kewajiban Siswa terhadap Guru
1. Bangun dari tempat duduk untuk memberikan penghormatan
2. Melayani guru
3. Bertekad keras untuk belajar
4.Memberikan jasa-jasa kepadanya
5. Memperhatikan ketika pelajaran
b. Kewajiban Guru terhadap Siswa
1. Melatih murid sesuai keahlian
2. Membuat murid menguasai pelajaran
3. Mengajar ilmu pengetahuan secara mendalam
4. Membicarakan kebaikan murid
5. Mejaga murid dari berbagai segi

D. Kewajiban Timbal Balik antara Suami dan Istri




Dalam kehidupan berumah tangga, suami dan istri harus mengetahui hak dan kewajibannya. Setelah mereka mengetahui hak dan kewajiban mereka hendaknya menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.Buddha menjelaskan hak dan kewajiban timbal balik antara suami dan istri dalam Sigalovada Sutta yang diibaratkan sebagai penghormatan terhadap arah Barat.

a. Kewajiban Suami terhadap Istri
Suami merupakan kepala rumah tangga yang berkewajiban membahagiakan istrinya. Adapun kewajiban suami kepada istrinya adalah:
1. Memperhatikan kebutuhan istrinya
2.Bersikap lemah lembut
3. Setia
4. Memberi kekuasaan
5. Memberi perhiasan
b. Kewajiban Istri terhadap Suami
Adapun kewajiban istri kepada suaminya adalah:
1. Melakukan tugasnya dengan baik
2. Ramah tamah
3. Setia
4. Menjaga baik-baik barang yang dibawa suaminya
5. Pandai dan rajin mengurus rumah tangga

E. Kewajiban Timbal Balik antara Seseorang dan Sahabatnya

Buddha mengkhotbahkan kriteria teman baik atau sejati (Kalyana Mitta) dan teman tidak baik atau palsu (Akalyana Mitta), dalam Sigalovada Sutta, Digha Nikaya. Dalam khotbah tersebut, Buddha menyebutkan kewajiban timbal balik terhadap sahabat yang diibaratkan sebagai penghormatan terhadap arah utara. Dalam sutta tersebut juga dijelaskan bahwa ada 4 jenis sahabat berhati tulus, yaitu:
1) Sahabat penolong
2) Sahabat di waktu senang dan susah
3) Sahabat yang memberi nasihat baik
4) Sahabat yang perhatian (simpati)
Jika ada teman baik, sebaliknya, terdapat teman tidak baik atau palsu (Akalyana Mitta) yang dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat, seperti terdapat dalam Sigalovada Sutta, Digha Nikaya, yaitu:
1) Orang yang sangat tamak
2) Orang yang banyak bicara, tetapi tidak berbuat sesuatu
3) Seorang penjilat
4) Seorang pemboros

F. Kewajiban Timbal Balik antara Umat dan Rohaniawan




Dalam Sigalovada Sutta pelaksanaan kewajiban timbal balik antara umat dan rohaniawan diibaratkan sebagai penghormatan arah atas dan bawah.

a. Kewajiban Umat terhadap Rohaniawan
a) Kasih sayang dalam perbuatan
b) Ramah tamah dalam ucapan
c) Kasih sayang dalam pikiran
d) Membuka pintu untuk mereka
e) Memberikan keperluan hidup
b. Kewajiban Rohaniawan terhadap Umat
Terhadap umat awam, rohaniawan memiliki kewajiban berupa:
a) Mencegah berbuat jahat
b) Menganjurkan berbuat baik
c) Mencintai dengan pikiran kasih sayang
d) Mengajar yang belum didengar
e) Menganalisa semua yang telah dipelajari
f) Menunjukkan jalan ke surga


Mungkin hanya itu yang bisa aku berikan. Semoga bermanfaat buat kalian semua dan sorry ya kalau ada yang salah dan tidak sesuai.
Namo Buddhaya.....

BILARI-KOSIYA-JATAKA

Sang Guru menceritakan kisah ini ketika berada di Jetavana, tentang seorang bhikkhu yang mengabdikan dirinya dalam pembagian dana. Diceritakan bahwa bhikkhu ini mencurahkan dirinya dalam pembagian dana, menjadi sangat ingin  mulai dari waktu setelah ia selesai mendengar khotbah Dhamma dan mengamalkannya. Ia tidak pernah habis memakan semangkuk nasi kalau tidak dibagi dengan yang lain, bahkan ia juga tidak akan minum air kalau ia tidak membaginya dengan yang lain; demikian larutnya ia dalam pembagian.
Kemudian mereka mulai membicarakan sifat baiknya itu di dhammasabhā. Sang Guru datang dan menanyakan apa yang sedang mereka bicarakan di sana. Mereka memberitahukan Beliau. Setelah meminta orang memanggil bhikkhu itu, Beliau bertanya kepadanya, “Apakah benar apa yang saya dengar, bhikkhu, bahwa Anda begitu mengabdikan diri dalam pembagian dana, sangat ingin berdana?”  Ia menjawab, “Ya, Bhante.”

Sang Guru berkata lagi, “Di masa lampau, para bhikkhu, laki-laki ini adalah orang yang tidak memiliki keyakinan dan kepercayaan, ia tidak akan memberikan setetes air di ujung sehelai rumput kepada siapapun; kemudian saya membuatnya sadar, mengubah cara berpikirnya dan juga membuat dirinya menjadi rendah hati, mengajarkannya tentang hasil dari memberikan dana. Dan hatinya yang demikian dermawan ini tidak hilang dari dirinya bahkan sampai di kehidupannya yang lain.” Setelah berkata demikian, Beliau menceritakan kisah masa lampau.

******
Dahulu kala ketika Brahmadatta berkuasa di Benares, Bodhisatta terlahir di dalam keluarga orang kaya. Setelah beranjak dewasa, ia mendapatkan harta bagiannya; dan setelah ayahnya meninggal, ia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai seorang saudagar.
Suatu hari ketika ia melihat kembali harta kekayaannya, ia berpikir, “Harta kekayaan ada di sini, tetapi dimana orang-orang yang mengumpulkannya? Saya harus membagikan harta kekayaanku ini, dan memberikan derma.” Maka ia membangun sebuah dānasālā. Semasa hidup, ia memberikan banyak derma dan ketika hari-harinya di dunia sudah hampir habis, ia menugaskan putranya untuk tetap melakukan pemberian derma. Setelah meninggal, ia tumimbal lahir menjadi Dewa Sakka di alam tiga puluh tiga dewa (Tavatimsa). Dan putranya, yang juga memberikan derma sama seperti ayahnya, terlahir menjadi Canda, sang Bulan, di antara para dewa. Dan putra dari Canda terlahir menjadi Suriya, sang Matahari; putra dari Suriya terlahir menjadi Mātali (Matali), si Penunggang Kereta; putra dari Matali terlahir menjadi Pañcasikha, salah satu dari Gandhabba atau pemain musik di alam Surga.
Akan tetapi generasi yang keenam adalah orang yang tidak memiliki keyakinan, berhati keras, tidak memiliki cinta kasih, sangat kikir. Ia menghancurkan dānasālā, memukuli para pengemis dan mengusir mereka untuk melakukan pekerjaan mereka masing-masing, ia bahkan tidak akan memberikan setetes air di ujung sehelai rumput kepada siapapun.
Kemudian Sakka, raja para dewa, melihat kembali perbuatannya di masa lampau sambil ingin mencari tahu, “Apakah tradisi pemberian derma masih berlanjut atau tidak?” Sewaktu memikirkan hal tersebut, ia mengetahui ini: “Putraku tetap melanjutkan pemberian dermanya dan sekarang ia telah menjadi Canda; putranya menjadi Suriya, dan putranya menjadi Matali, dan putranya menjadi Pañcasikha; tetapi keturunan yang keenam telah menghancurkan tradisi ini.” 

Kemudian terlintas dalam pikirannya, ia akan membuat laki-laki yang berdosa ini menjadi sadar dan mengajarkannya tentang pahala dari pemberian derma. Maka ia memanggil Canda, Suriya, Matali, Pañcasikha, dan berkata, “Para dewa, keturunan keenam dari keluarga kita telah menghancurkan tradisi keluarga kita; ia telah membakar dānasālā, mengusir para pengemis dan tidak memberikan apapun kepada siapapun. Mari kita menyadarkan dirinya!” Maka dengan mereka akhirnya ia menuju ke kota Benares.
Pada waktu itu, saudagar tersebut telah pergi menunggui raja. Sekembalinya dari istana, ia berjalan lewat di pintu menara ketujuh sambil melihat ke arah jalan. Sakka berkata kepada yang lainnya, “Kalian tunggu di sini ketika saya maju dan kemudian satu per satu mengikutiku.” Setelah berkata demikian, ia maju dan berdiri di hadapan saudagar kaya tersebut, ia berkata, “Hai, Tuan! Berikan saya makanan!”—“Tidak ada yang dapat dimakan olehmu di sini, brahmana; pergilah ke tempat lain.”
“Hai, Tuan yang agung! Ketika brahmana meminta makanan, janganlah menolaknya!”
“Di rumahku, brahmana, tidak masak makanan ataupun makanan yang dipersiapkan untuk dimasak; pergilah!”
“Tuan yang agung, saya akan membacakan satu bait puisi,—Dengar.”
“Saya tidak menginginkan puisimu; pergilah, jangan hanya berdiri di sini.”
Tetapi Sakka mengucapkan dua bait kalimat ini tanpa menghiraukan perkataannya:
Ketika tidak ada makanan di dalam tempayan, yang baik pasti akan mendapatkan, tanpa diragukan lagi: Dan Anda yang memasak! Bukanlah suatu hal yang bagus jika Anda tidak menyediakan makanan sekarang.
Ia yang lalai dan kikir, akan diragukan: Tetapi ia yang menyukai kebajikan, akan memberi, dan ia memiliki pikiran yang bijaksana.
Ketika laki-laki ini mendengar hal ini, ia menjawab, “Baiklah, masuk dan duduklah. Anda akan mendapatkan sedikit makanan. Selesai mengucapkan bait-bait tersebut, Sakka masuk ke dalam dan duduk.
Kemudian Canda datang dan meminta makanan. “Tidak ada makanan untukmu,” kata laki-laki itu, “Pergilah!”
“Tuan yang agung, ada seorang brahmana di dalam sana, menurutku pasti ada makanan gratis buat brahmana itu, maka saya juga akan ikut masuk.”
“Tidak ada makanan gratis bagi seorang brahmana!” kata laki-laki itu, “Pergilah Anda!”

Kemudian Canda berkata, “Tuan besar, tolong dengarkan satu atau dua bait kalimat berikut: (Kapan saja orang kikir yang mengerikan tidak memberikan apa-apa, hal yang paling ia takuti akan muncul padanya karena ia tidak memberikan apa-apa:)—
“Ketika rasa takut akan kelaparan dan kehausan membuat jiwa orang yang kikir menjadi takut, Di dalam kehidupan ini atau berikutnya orang bodoh ini akan membayarnya.
Oleh karena itu  belajarlah memberikan derma, bebaskan diri dari keserakahan, hilangkan benih keserakahan,  Di kehidupan yang akan datang perbuatan bajik orang yang demikian akan menuntunnya kepada kepastian.
Setelah mendengar perkataan ini juga, laki-laki itu berkata, “Baiklah, masuk dan makanlah sedikit.” Ia pun bergerak masuk dan duduk dengan Sakka.
Setelah menunggu beberapa lama, Suriya datang dan meminta makanan dengan mengucapkan dua bait kalimat berikut:
Hal ini sulit dilakukan sebagaimana yang dilakukan orang baik, yaitu memberi apa yang dapat mereka beri,  Orang yang jahat tidak dapat mencontoh kehidupan yang dijalani oleh orang baik.
Dan demikian, ketika yang baik dan yang jahat meninggalkan bumi ini, Yang jahat akan terlahir di alam Neraka, dan yang baik akan terlahir di alam Surga.
Laki-laki kaya tersebut yang tidak melihat ada bantahan dalam hal tersebut, berkata kepadanya, “Baiklah, masuk dan duduk bersama dengan para brahmana ini. Anda akan mendapatkan jatah makanan sedikit.” 

Kemudian Matali muncul setelah menunggu beberapa lama dan meminta makanan. Ketika ia diberitahu bahwa tidak ada makanan, ia langsung mengucapkan bait kedelapan berikut ini:
Sebagian orang memberi mulai dari jumlah yang sedikit, sebagian lagi tidak memberi meskipun mempunyai simpanan yang banyak: Barang siapa yang memberi mulai dari jumlah kecil, lama-lama akan menjadi banyak.”
Laki-laki itu juga berkata kepadanya, “Baiklah, masuk dan duduklah.” 
Kemudian setelah menunggu beberapa lama, Pañcasikha datang dan meminta makanan. “Tidak ada makanan lagi, pergilah,” itulah balasan yang terdengar. Ia berkata, “Betapa banyak tempat yang telah saya kunjungi! Pasti ada makanan gratis  bagi para brahmana di sini .” Dan ia mulai berkata kepadanya dengan mengucapkan bait Kedelapan berikut ini:
Bahkan ia yang hidup dengan memakan makanan sisa akan berbuat baik, Memberikan sedikit yang dimilikinya, meskipun ia sendiri memiliki anak;  Uang ratusan ribu yang diberikan oleh harta kekayaan, Tidak dapat menandingi pemberian kecil dari orang yang demikian.
 Laki-laki kaya itu berpikir sejenak sewaktu mendengar khotbah dari Pañcasikha. Kemudian ia mengucapkan bait kesembilan berikut untuk meminta penjelasan atas nilai dari pemberian kecil tersebut:
Mengapa pemberian yang kaya dan dermawan Tidak sebanding dengan pemberian yang benar, Bagaimana uang ribuan, yang diberikan oleh orang kaya, Tidak sebanding dengan pemberian orang yang miskin meskipun sedikit jumlahnya?
Dalam menjawabnya, Pañcasikha mengucapkan bait terakhir berikut :
Sebagian orang menjalani hidup dengan jalan  yang salah Menindas, dan menganiaya, kemudian baru memberikan kenyamanan:
Pemberian mereka yang keji dan pahit itu tidak bernilai Dibandingkan dengan pemberian yang benar. Demikian uang ribuan dari orang kaya tidak dapat Menandingi pemberian dari orang demikian meskipun sedikit jumlahnya.”
Setelah mendengar nasehat dari Pañcasikha, laki-laki itu membalasnya dengan berkata, “Baiklah, masuk ke dalam dan duduklah. Anda akan mendapatkan jatah makanan sedikit.” Dan ia juga masuk ke dalam, duduk dengan yang lainnya.
Kemudian saudagar kaya tersebut, Biḷārikosiya, memanggil pelayan wanitanya dan berkata, “Berikan para brahmana yang ada di sana segenggam beras sekam.” Ia membawakan nasinya dan mendekat kepada mereka, meminta mereka memasaknya sendiri dan makan.
Mereka berkata, “Kami belum pernah menyentuh beras sekam.
“Tuan, mereka mengatakan bahwa mereka belum pernah menyentuh beras sekam!”
“Baiklah, berikan mereka beras sekam.” Ia pun membawakan mereka beras dan meminta mereka membawanya.
Mereka berkata, “Kami tidak menerima makanan yang belum dimasak.”
“Tuan, mereka mengatakan bahwa mereka tidak menerima makanan yang belum dimasak!
“Kalau begitu, masak makanan sapi di dalam panci dan berikan itu kepada mereka.”

Ia memasak makanan sapi di dalam panci dan membawakannya kepada mereka. Mereka berlima mengambil satu suap dan memasukkannya ke dalam mulut, tetapi makanannya tersangkut di tenggorokan; kemudian mata mereka seperti berputar-putar, menjadi pingsan dan berbaring seolah-olah mereka mati. Pelayan wanita yang menyajikan makanan tersebut yang melihat kejadian ini berpikir bahwa mereka pasti sudah mati dan menjadi sangat takut, kemudian memberitahu saudagar itu dengan mengatakan, “Tuan, para brahmana itu tidak dapat menelan makanan sapi, dan sekarang mereka sudah meninggal!” 

Saudagar itu berpikir, “Sekarang orang-orang akan mencela diriku dengan mengatakan, orang jahat ini memberikan setumpuk makanan sapi kepada para brahmana yang baik tersebut, yang tidak dapat mereka telan dan akibatnya mereka meninggal!”

Kemudian ia berkata kepada pelayannya, “Cepat ambil makanan itu dari patta mereka dan masak nasi yang terbaik untuk ditaruh di dalamnya.” Pelayan itu mengerjakan apa yang diperintahkan. Saudagar tersebut membawa beberapa orang yang berjalan lewat ke dalam rumahnya, dan setelah mereka terkumpul agak banyak, ia berkata, “Saya memberikan makanan kepada para brahmana ini sama dengan apa yang saya makan, mereka makan dengan terlalu serakah dan memakan dengan suapan yang besar sehingga saat mereka sedang makan, ada makanan yang tersangkut di tenggorokan dan mereka meninggal. Saya membawa Anda sekalian kemari agar dapat menyaksikan bahwa saya tidak bersalah.”
Para brahmana itu bangkit di hadapan kerumunan orang banyak tersebut dan berkata, “Lihatlah kebohongan yang dibuat saudagar ini! Katanya ia memberikan kami apa yang dimakannya! Pada awalnya ia memberikan kami setumpuk makanan sapi dan kemudian di saat kami terbaring tak sadarkan diri, baru ia memasak makanan ini.” Dan mereka mengeluarkan makanan yang mereka makan dari dalam mulut dan menunujukkannya.
Kerumunan orang itu mencela saudagar tersebut, sambil meneriakkan, “Orang buta yang dungu! Anda telah menghancurkan tradisi keluargamu; Anda telah membakar dānasālā; Anda menyeret leher para pengemis dan mengusir mereka; dan sekarang ketika memberikan makanan kepada para brahmana ini, Anda memberikan setumpuk makanan sapi! Di saat Anda meninggal, menurutku, Anda akan membawa pergi semua harta kekayaan di dalam rumahmu dengan mengikatnya di lehermu!”
Pada waktu itu, Sakka bertanya kepada kerumunan orang tersebut, “Apakah kalian tahu milik siapa harta kekayaan ini semuanya?”
“Kami tidak tahu.”
“Kalian pernah mendengar tentang seorang saudagar agung dari kota Benares, yang hidup di kota ini sebelumnya dan membangun dānasālā tersebut serta banyak memberikan derma?”
“Kami pernah mendengarnya.”
“Saya adalah saudagar tersebut, dan dikarenakan jasa kebajikan tersebut sekarang saya tumimbal lahir menjadi Sakka, raja para dewa; dan putraku, yang tidak menghancurkan tradisi, menjadi seorang dewa, Canda; putranya adalah Suriya; putranya adalah Matali; dan putranya adalah Pañcasikha; Yang di sana adalah Canda, itu adalah Suriya, dan ini adalah Matali  si Penunggang Kereta dan yang ini lagi adalah Pañcasikha, seorang pemusik di alam Surga, yang juga dalam kehidupan awamnya adalah ayah dari orang yang jahat di sana! Demikianlah pahala dari memberikan derma. Oleh karena itu, orang yang bijak harus melakukan kebajikan.” Setelah berbicara demikian, untuk menghilangkan keraguan orang-orang tersebut, mereka melayang di udara dan tetap berada di sana.
Dengan kekuatan mereka yang besar terdapat sinar yang melingkari badan mereka sehingga membuat kota kelihatan seperti sedang terbakar. Kemudian Sakka berkata kepada kerumunan orang tersebut, “Kami meninggalkan kejayaan surgawi untuk datang kemari, dan kami datang dikarenakan pendosa ini Biḷārikosiya, keturunan terakhir dari keluarganya, si penghancur semua keluarganya. Kami datang karena mengasihaninya, karena kami tahu bahwa pendosa ini telah menghancurkan tradisi keluarga, membakar dānasālā, mengusir para pengemis dengan menyeret leher mereka, dan melanggar adat keluarga kami. Dengan memberhentikan pemberian derma itu akan menyebabkan dirinya tumimbal lahir di alam Neraka.” Demikianlah ia berbicara kepada kerumunan orang banyak tersebut dengan mengatakan tentang pahala dari pemberian derma.
Biḷārikosiya merangkupkan kedua tangannya memohon dan mengucapkan sumpah; “Tuanku, mulai saat ini saya tidak akan melanggar adat tradisi keluarga, saya akan memberikan derma. Dan dimulai dari hari ini juga, saya tidak akan makan  tanpa membagikan makananku kepada orang lain, bahkan air minum dan pembersih gigi yang saya gunakan.”
Setelah Sakka demikian membuatnya sadar, membuatnya berjanji kepada diri sendiri dan membuatnya mematuhi Pancasila (Buddhis), ia kembali ke tempat kediaman sendiri dengan membawa keempat dewa itu bersamanya. Akhirnya saudagar itu memberikan derma sepanjang hidupnya dan terlahir di alam Tavatimsa.

-------
Sang Guru berkata setelah menyampaikan uraiannya, “Demikianlah, para bhikkhu, upasaka ini dulunya tidak memiliki keyakinan dan tidak pernah memberi kepada siapapun meskipun secuil. Akan tetapi, saya membuatnya sadar dan mengajarkannya tentang pahala dari pemberian derma, dan pikiran itu tidak meninggalkannya, bahkan sampai di kehidupan yang selanjutnya.” Kemudian Beliau mempertautkan kisah kelahiran ini: “Pada masa itu, upasaka yang dermawan ini adalah laki-laki kaya tersebut, Sariputta adalah Canda, Mogallana adalah Suriya, Kassapa adalah Matali, Ananda adalah Pañcasikha dan saya sendiri adalah Dewa Sakka.”
Sumber:  http://cerita-jataka.blogspot.co.id/2013/01/bilari-kosiya-jataka.html

Festival Qi Xi Jie ( 七夕節 ) Chinese Valentine

Festival Ketujuh ganda dikenal di Cina sebagai Hari Kasih Sayang China, yang jatuh pada hari ke 7 bulan 7 lunar Cina.

Festival "Qi Xi Jie" atau "Qi Qiao Jie" adalah festival tradisional Cina yang penuh cinta dan penting untuk wanita kuno, tetapi tidak dikenal seperti festival tradisional lainnya.  

Tidak begitu banyak orang Tionghua yang menganggapnya sebagai festival seperti festival lainnya, tetapi semua orang akrab dengan ceritanya.

Setiap tanggal 7 bulan 7, masyarakat China dan Taiwan merayakan hari Valentine. Namun saat ini, adat ini telah hilang dan orang-orang muda sekarang paling menyukai Hari Valentine Barat, sebagai hari besar untuk mengungkapkan cinta antara sepasang kekasih.

Pada zaman kuno, hari ketujuh ganda adalah sebuah festival penting bagi perempuan muda dan gadis-gadis muda. Tidak peduli miskin atau kaya, mereka akan mengenakan pakaian terbaik mereka dan menempatkan pembakar dupa di halaman dan beberapa buah sebagai persembahan.  

Kemudian semua gadis dalam keluarga akan bersujud kepada Niulang dan Zhinu dan berdoa supaya berwajah cantik dan diberi keahlian menenun. Saat Dinasti Song, gadis-gadis akan menyimpan seekor laba-laba di dalam kotak. Jika esok harinya laba-laba itu membentuk jaring, maka gadis akan mendapat rezeki yang bagus.
 
Selain dikenal dengan 七夕; qī xī (The Night of Sevens), ada yang menyebutkan hari tersebut sebagai :
• The Festival to Plead for Skills (乞巧節; qǐ qiǎo jié)
• The Seventh Sister's Birthday (七姊誕; qī jiě dàn)
• The Night of Skills (巧夕; qiǎo xī)


Orang China dan Taiwan punya 3 kali hari Valentine :
- 14 Februari (disebut Valentine emas internasional)
- 14 Maret (disebut Valentine perak)

- tgl 7 bulan 7 lunar month (Chinese Valentine) 

Kisah cinta sedih tentang Qi Xi ini adalah sebagai lambang cinta abadi, seperti Romeo dan Juliet-nya Eropa. Hampir miri[p dengan kisah Jaka Tarub mencuri selendang Putri Khayangan. 

Dikisahkan pada jaman dulu, ada seorang anak laki-laki yatim piatu. Dia tinggal bersama dengan kakak laki-lakinya dan kakak iparnya. Mereka berdua sangat berarti dan bisa mengobati hati Niulang yang buruk.  

Namun mereka mengusir Niulang keluar dari rumah dan meninggalkannya hanya pakaian tua dan seekor lembu tua. Karena dia seorang penggembala, maka orang-orang memanggilnya Penggembala Sapi (Niulang - 牛郎).

Niulang lalu membangun sebuah pondok di kaki gunung dan merawat baik-baik sapi tua itu. Suatu hari, ketika Niulang sedang tidur di sawah dia bermimpi sapinya berkata kepadanya kalau dia sudah saatnya mencari seorang istri. 

L
embu itu berbicara kepadanya bahwa sebenarnya dia adalah bintang Taurus malam di langit, tapi diturunkan ke dunia karena telah membuat pelanggaran hukum di Istana Surgawi.
 


Lembu tua juga mengatakan pada Niulang, bahwa besok akan datang Dewi khayangan untuk mandi di kolam yang tidak jauh dari pondoknya. Diantara Dewi itu ada seorang Dewi yang paling cantik diantara mereka yang bernama Dewi Zhinu adalah seorang putri raja di Surga. 

Jika dia bisa mengambil pakaiannya, maka dia tidak akan bisa pulang ke langit dan akan menjadi istrinya. Maka besok dia harus pergi ke danau yang berada di kaki gunung yang sepi untuk menemuinya.

Besoknya, Niulang pun menuju danau yang dimaksud sapi. Di sana dia melihat 7 gadis yang luar biasa cantiknya sedang bermain air di danau itu. Niulang pun mengintip dari tepi danau dan pepohonan. Baju-baju gadis yang berwarna-warni itu diletakkan di tepi danau dekat tempat Niulang mengintip. Dia teringat dalam mimpi itu, sapinya berpesan untuk mengambil 1 baju berwarna merah, dan itulah calon istri Niulang!

Ternyata gadis-gadis yang sedang mandi di danau itu adalah bidadari khayangan yang turun ke bumi untuk bermain-main. Ketika tiba saatnya bidadari itu untuk pulang ke langit, tinggal bidadari yang berbaju merah itu yang tidak daapt menemukan bajunya karena dicuri oleh Niulang tadi.

Ternyata bidadari ini adalah cucu Raja Langit (Tian Di). Dia adalah seorang penenun (tukang tenun), namanya Zhinu - 織女. Semua awan di langit adalah hasil karyanya. Karena bidadari itu kehilangan bajunya, maka dia tidak bisa kembali ke langit. Singkat kata, akhirnya bidadari itu menikah dengan Niulang di bumi dan melahirkan 2 orang anak.

Satu hari, Raja Langit menyadari bahwa cucunya 1 hilang, yaitu Dewi Zhinu. Dia pun mendapat kabar bahwa Dewi Zhinu telah menikah dengan rakyat jelata di bumi. Bukan main berangnya dan dia pun turun ke bumi untuk mencari Zhinu. 


Ketika Raja Langit tiba di bumi, Zhinu sedang menenun kain dan dia kaget saat melihat Raja Langit telah mengetahui keberadaannya. 

Saat itu, Niulang sedang bertani di sawah. Zhinu pun diculik ke langit dengan paksa oleh Raja Langit. 

Anak-anak Zhinu ketakutan dan menangis, langsung berlari ke sawah memanggil ayahnya, "Papa, Mama diculik oleh seorang tua seperti penyihir." 

Niulang pun melihat ke langit dan melihat Zhinu diseret ke langit oleh pengawal langit sehingga dia berteriak-teriak memanggil nama Niulang. Niulang sangat kaget dan kebingungan bagaimana caranya terbang ke langit. 

Sapinya pun melemparkan tanduknya yang kemudian berubah menjadi sebuah sampan kecil. Niulang pun langsung mengajak kedua anaknya naik ke sampan itu dan ajaib, sampan itu terbang ke langit mengejar Zhinu dan Raja Langit.

Karena dikejar, Raja Langit pun membelah langit dan membentuk sungai awan untuk memisahkan mereka. Tiba-tiba terlihat begitu banyak burung gagak yang terbang membentuk jembatan. Saat itu adalah tanggal 7 bulan 7 penanggalan China.


Akhirnya Raja Langit pun mengijinkan Zhinu untuk bertemu Niulang dan anaknya setiap tanggal 7 bulan 7 China setiap tahun di jembatan burung gagak kecil itu. Inilah lambang cinta mereka antara 2 dua alam yang berbeda.


Kisah yang diturunkan dari zaman kuno, dengan burung gagak kecil akan terlihat pada hari ketujuh ganda, karena kebanyakan dari mereka akan terbang ke langit untuk membentuk sebuah jembatan untuk mempertemukan Niulang dan Zhinu.

Lihatlah ke langit sebelah timur laut pada tanggal itu ! Ada bintang terang putih yang bernama Altair. Sebelah barat laut ada bintang bernama Vega. Kedua bintang ini bagai sebuah pasangan. Di tengah-tengah mereka terpisahlah apa yang dinamakan galaksi bimasakti kita sekarang.

Bintang yang di atas tadi, Altair adalah Niulang. Dan bintang Vega adalah Zhinu. Galaksi bimasakti tadi adalah gerombolan burung gagak yang melintas tadi.


Sumber: https://kebajikandalamkehidupan.blogspot.co.id/2013/08/festival-qi-xi-jie-chinese-valentine.html

8 Festival Budaya Orang Tionghoa



Budaya Tionghoa merupakan budaya yang paling kompleks dan sudah tersebar ke berbagai penjuru dunia seiring dengan banyaknya orang China yang memilih untuk bermigrasi ke luar negeri. Budaya Tionghoa mencerminkan nilai luhur, kebiasaan dan bakti kepada leluhur. Meskipun budaya Tionghoa adalah salah satu kebudayaan yang paling tua di dunia, yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, tapi budaya Tionghoa mampu bertahan hingga saat ini. Berikut beberapa kebudayaan yang masih dibawa dan dilakukan hingga saat ini :
Imlek
Tampak pohon yang digantungi penuh dengan lampion berwarna merah
1. Festival Musim Semi (Tahun Baru Imlek)
Tahun Baru Imlek biasanya dirayakan oleh masyarakat Tionghoa hingga kini dengan sangat meriah, dengan menggantung berbagai macam pernak-perniknya, seperti lampion merah, menempel kertas merah bertuliskan ‘FU’, menyiapkan angpao, sampai pesta kembang api dan tarian naga serta barongsai.
Awalnya Imlek merupakan hari raya yang berkaitan dengan pergantian musim, yakni dari musim dingin ke musim semi. Karena musim semi dihitung sebagai musim pertama dari 4 musim yang ada, maka berdasarkan penanggalan Imlek, hari pertama mulainya musim semi merupakan hari pertama penanggalan tahunan. Berikut informasi selengkapnya mengenai Tahun Baru Imlek.
Nampak salah satu ritual Thang Sin di daerah Manado
Tampak salah satu ritual Thang Sin di daerah Manado
2. Festival Yuan Xiao (Cap Go Meh)
Festival Yuan Xiao atau biasa dikenal dengan perayaan Cap Go Meh jatuh setiap tanggal 15 bulan pertama penanggalan Imlek. Sama hal nya dengan perayaan Imlek diatas, perayaan Cap Go Meh ini juga dirayakan dengan sangat meriah di beberapa negara yang tersebar di berbagai belahan dunia. Umumnya yang ada dalam Festival Cap Go Meh ini adalah disajikan pertunjukan tarian barongsai, naga (liong), atraksi beladiri wushu, pergelaran alat musik tradisional China, pertunjukan tarian khas negeri Tiongkok, dan sebagainya.
Bahkan di Indonesia, festival Cap Go Meh ini dilakukan upacara kirab atau turun ke jalan raya dengan menggotong Kio/usungan yang diisi/dimuat arca para Dewa. Bahkan, di beberapa kota di tanah air, seperti di daerah Jakarta dan di Manado, ada atraksi ‘lok thung’ atau ‘thang sin’, dimana ada seseorang yang menjadi medium perantara, dimana biasanya akan melakukan beberapa atraksi sayat lidah, memotong lengan/badannya dengan sabetan pedang dsb, dan dipercaya telah dirasuki roh Dewa/i untuk memberikan berkat bagi umatNya. Berikut informasi selengkapnya mengenai Festival Cap Go Meh.
bongpay_makam_tionghoa
Tampak sesajian di depan makam pada festival Cheng Beng yang disediakan oleh keluarga
3. Festival Qing Ming (Ceng Beng)
Festival Qing Ming adalah hari di mana masyarakat Tionghoa melakukan ziarah ke kuburan leluhurnya (orang tua, sanak family) sekalian membersihkannya dan bersembahyang di makam sambil membawa buah-buahan, kue, makanan, serta karangan bunga. Hari Ceng Beng biasanya jatuh pada tanggal 5 April kalender Masehi. Kegiatan ini bertujuan sebagai bentuk penghormatan (mengenang) kepada leluhur atau keluarga yang telah meninggal. Berikut informasi selengkapnya mengenai Festival Ceng Beng.
bacang
Festival Duan Wu identik dengan makan Bak Chang dan Perahu Naga
4. Festival Duan Wu
Festival Duan Wu sudah ada sejak 2000 tahun yang lalu. Hingga saat ini, ada 2 kegiatan yang terus dilakukan masyarakat Tionghoa, yakni makan Bak Chang dan perlombaan perahu naga. Salah satu asal usul dari festival Duan Wu ini adalah untuk mengenang patriot Qu Yuan yang mati bunuh diri dengan terjun ke sungai karena kecintaan dan kesetiaannya pada negara/dinasti Chu. Festival ini dilangsungkan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek.
qixi festival
Festival Qi Xi memperingati kisah romantis antara pria penggembala Niu Lang dan Zhi Nu si gadis penenun
5. Festival Qi Xi
Festival Qi Xi atau biasa disebut dengan merupakan festival Qi Qiao yang romantis dalam tradisi dan kebudayaan Tionghoa. Bahkan festival ini dikatakan sebagai hari valentine nya orang Tionghoa. Festival Qi Xi ini memperingati kisah romantis antara pria penggembala Niu Lang dan Zhi Nu si gadis penenun yang menurut cerita hanya dapat bertemu sekali dalam setahun. Festival ini jatuh setiap tanggal 7 bulan 7 penanggalan Imlek. Pada Malam Festival Qi Xi, gadis-gadis muda melakukan permohonan dan doa agar dapat meningkatkan keterampilan seni mereka dan juga memohon supaya mendapatkan suami yang setia dan baik serta mencintainya.
Sosok Dewi Bulan yang diilustrasikan dalam perayaan kue bulan di suatu kelenteng Manado
Sosok Dewi Bulan yang diilustrasikan dalam perayaan kue bulan di salah satu kelenteng
6. Festival Musim Gugur (Tiong Ciu)
Festival musim gugur atau biasa disebut dengan Tiong Ciu Pia (makan kue pia), merupakan hari raya panen. Festival ini dirayakan setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek. Festival musim gugur dimulai sekitar zaman dinasti Xia dan Sheng (2000-1600 SM). Pada dinasti Zhou, rakyat merayakan dengan memuja bulan. Pada dinasti Tang, tradisi itu lebih jelas dan merakyat. Pada dinasti Song selatan (1127-1279 M), orang mulai mengirimkan kue bulan yang bergambar kelinci kepada rekan dan family  sebagai simbol keutuhan keluarga.
Pada malam hari mereka berjalan-jalan bersama keluar rumah dan mengunjungi tepi danau menikmati rembulan. Pada dinasti Ming dan Qing, tradisi ini menjadi lebih populer. Muncul beberapa kebiasaan seperti menanam pohon musim gugur, menyalakan lentera dan tari naga. Tradisi yang paling utama yang sampai sekarang masih ada adalah berkumpul bersama keluarga untuk menikmati bulan sambil menikmati penganan khas kue bulan sambil meminum arak (minuman keras khas negeri Tiongkok) atau teh. Berikut informasi selengkapnya mengenai Festival Tiong Ciu Pia.
festival chong yang
Tampak kegiatan menghias kue untuk dipergunakan pada festival Chong Yang (double nine lunar)
7. Festival Chong Yang
Festival Chong Yang jatuh pada setiap tanggal 9 bulan 9 penanggalan Imlek. Festival Chong Yang yang memiliki arti Panjang umur ini juga dirayakan sebagai Hari Lansia (Lanjut Usia) oleh Warga Tiongkok. Menurut kitab I Ching, angka sembilan memiliki sifat ‘Yang’ atau positif. Sementara angka sembilan 九 (Jiǔ) merupakan angka tertinggi dari angka-angka yang lainnya, dan mempunyai bunyi yang sama dengan ‘Jiu-Jiu’ yang artinya ‘lama-lama’, jadi sering diartikan sebagai panjang umur.
Festival Chong Yang yang paling ramai diselenggarakan di Hong Kong dan Tiongkok daratan. Pada festival Chong Yang, orang sering berkumpul untuk berpesta bersama, menikmati bunga krisan, mendaki gunung dan makan kue spesial. Festival ini juga dikenal dengan istilah ‘double nine Festival’. Di Indonesia sendiri, Festival ini belum ada yang merayakan.
ronde dong zhi
Kue Onde (ronde) berbentuk bola-bola yang terbuat dari beras ketan yang melambangkan persatuan.
8. Festival Musim Dingin (Dong Zhi)
Festival Musim Dingin jatuh setiap tanggal 22 Desember kalender masehi. Pada festival ini biasanya orang akan membuat kue onde dan memakannya bersama keluarga. Asal usul festival ini dapat ditelusuri kembali ke filsafat Tao ‘Yin dan Yang’ sebagai keseimbangan dan harmoni dalam alam semesta. Festival ini mulai dirayakan pada zaman dinasti Han (206-220 SM). Pada zaman sekarang ini festival musim dingin dirayakan dengan sangat meriah seperti di Harbin. Bahkan kota yang terletak di paling utara China ini menjadi salah satu dari tempat-tempat yang menyelenggarakan festival es dan salju di dunia.
Secara turun-temurun, festival ini menjadi saat berkumpul bagi seluruh anggota keluarga dengan satu kegiatan utama yang dilakukan (terutama bagi keluarga-keluarga di Tiongkok selatan dan perantauan), yaitu membuat dan menikmati TangYuan, orang Indonesia menyebutnya wedang ronde) yaitu hidangan berbentuk bola-bola dari beras ketan yang melambangkan persatuan. TangYuan dibuat dengan warna-warna yang cerah, masing-masing anggota keluarga mendapat setidaknya satu bola TangYuan berukuran besar disamping beberapa lainnya yang berukuran kecil. Berikut informasi selengkapnya mengenai Festival Dong Zhi.
Selain festival-festival diatas, masih banyak juga festival budaya Tionghoa yang lain, seperti festival hantu. Nah tugas kita sebagai generasi penerus Tionghoa untuk tetap melestarikan budaya Tionghoa di negara tercinta kita Indonesia.

Sumber:  http://www.tionghoa.info/8-festival-budaya-orang-tionghoa/

12 Tradisi Unik yang Hanya Bisa Ditemukan di Indonesia



12 Tradisi Unik yang Hanya Bisa Ditemukan di Indonesia
Pasti sudah tahu kalau Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak etnis, suku, dan kepercayaan. Jadi nggak salah kalau dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia memiliki beragam tradisi unik yang berbeda – beda tiap daerah. Tradisi – tradisi ini masih dijaga hingga sekarang, jadi Anda tetap bisa melihat bagaimana tradisi ini hidup berdampingan dengan masyarakat.
Tradisi dan adat istiadat ini pasti bikin bangga kita sebagai orang Indonesia karena memang cuma bisa ditemukan di tanah air kita saja. Penasaran tradisi unik apa saja yang bikin Indonesia beda dari yang lain? Yuk langsung dibaca!

Ritual Tiwah – Kalimantan Tengah

tiwah
Image: www.indonesia-tourism.com
Di Kalimantan Tengah terdapat tradisi khusus yang dilakukan untuk orang yang sudah lama meninggal. Upacara Tiwah ini biasa dilakukan oleh suku Dayak untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke sebuah rumah yang disebut Sandung. Ritual ini bertujuan untuk meluruskan perjalanan arwah menuju Lewu Tatau atau surga. Selain itu ritual unik ini juga bertujuan untuk melepaskan kesialan bagi keluarga yang sudah ditinggalkan.

Tradisi Potong Jari – Papua

potong jari
Image: vevnews.blogspot.co.id
Tradisi yang terbilang ekstrim ini memang sudah banyak ditinggalkan oleh suku Dani. Potong jari adalah tradisi untuk menunjukan kesedihan karena ditinggal oleh anggota keluarga. Bagi suku Dani jari mempunyai arti yang lebih dalam, disimbolkan sebagai bentuk kerukunan, kebersatuan, dan kekuatan dalam diri manusia ataupun sebuah keluarga.

Gigi Runcing Suku Mentawai – Kalimantan

gigi dayak
Image: www.tentik.com
Bagi suku Mentawai wanita yang cantik harus memenuhi tiga kriteria. Pertama, telinganya yang panjang. Kedua, tubuhnya dihiasi titi atau tato. Ketiga, giginya yang runcing. Tradisi untuk meruncingkan gigi ini diyakini akan menambah kecantikan sang wanita.

Kebo – Keboan – Banyuwangi

kebo keboan
Image: www.banyuwangibagus.com
Ritual yang diadakan setahun sekali ini selalu diadakan setiap tanggal 10 Suro atau 10 Muharam di desa Alasmalang, Singojuruh, Banyuwangi. Upacara ini mengharuskan beberapa laki – laki berdandan menjadi kerbau dan berkorban untuk membajak sawah. Setelah membajak sawah kebo – keboan ini diarak mengelilingi desa disertai karnaval kesenian rakyat. Ritual kebo – keboan ini bertujuan untuk meminta hujan ketika musim kemarau.

Tradisi Adu Betis – Sulawesi Selatan

adu betis
Image: forum.viva.co.id
Di Indonesia yang sebagian besar masyrakatnya adalah petani mempunyai banyak tradisi untuk mensyukuri musim panen. Salah satunya di Dusun Paroto, Desa Sanaeko, Barebbo, Bone, Sulawesi Selatan yang melakukan tradisi adu betis. Unik bukan? Tradisi ini dilakukan lewat permainan Malanca. Intinya para pemuda harus mengeluarkan kekuatannya agar bisa mengikuti tradisi adu betis ini.

Tradisi Pemakaman Suku Minahasa – Sulawesi Utara

pemakamamn suku minahasa
Image: www.seputarsulut.com
Suku Minahasa memiliki ritual pemakaman yang unik dan beda dari tradisi lainnya. Suku Minahasa memosisikan jenazah duduk sambil memeluk kakinya bukan dalam posisi tidur. Tradisi pemakaman seperti ini menurut kepercayaan melambangkan keadaan suci dan membawa kebaikan. Selain harus dalam posisi duduk, arah posisi mayat harus menghadap ke arah utara. Hal ini disebabkan karena cerita turun temurun dari nenek moyang orang Minahasa.

Tabuik – Sumatera Barat

tabuik
Image: fadhilanhar.blogspot.com
Tabuik adalah bahasa Arab yang memiliki arti kata tabut atau mengarak. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat di Pantai Barat, Sumatera Barat yang diselenggarakan secara turun menurun. Upacara tabuik ini digelar setiap hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Upacara tradisi ini menjadi simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhdapat cucu Nabi Muhammad SAW.

Dugderan – Semarang

dugderan
Image: m.semarangpos.com
Menjelang bulan puasa kota Semarang akan ramai dengan acara dugderan. Tradisi yang sudah ada sejak dahulu ini adalah penanda bahwa bulan puasa telah datang. Salah satu ciri khas dari acara ini adalah arak – arak warak ngendok. Warak ngendok ini adalah bintang rekaan yang bertubuh kambing, berkepala naga serta memiliki kulit sisik emas.
Pilih penginapan yang lokasinya dekat dengan tempat diadakannya dugderaan. Yuk pilih penginapan yang sesuai dengan budget di Ezytravel. Booking Ezytravel melalui ShopBack dapatkan cashback 8%.

Bakar Tongkang – Riau

bakar tongkang
Image: Tamasya.id
Etnis Tionghoa yang menetap di Bagansiapiapi, Riau selalu mengadakan ritual bakar tongkak yang dilaksanakan setiap bulan Juli. Menurut kepercayaan ritual ini sudah dilakukan oleh leluhur mereka dengan tujuan bertekad untuk tidak kembali ke tempat asal. Makna lainnya adalah upacara peringatan dewa laut Ki Ong Ya dan Tai Su Ong yang digambarkan sebagai dewa dua sisi.

Batombe – Sumatera Barat

batombe
Image: www.itoday.co.id
Berpantun memang menjadi salah satu ciri orang Indonesia. Di Sumatera Barat terdapat tradisi berpantun, awalnya batombe adalah tradisi yang biasa dilakukan ketika membangun rumah gadang. Pada intinya tradisi ini ingin menghibur orang yang bekerja agar lebih bersemanagt. Selain berpantun, batombe juga mengharuskan para pemainnya untuk menari.

Brobosan – Jawa

brobosan
Image: www.jogjaland.net
Brobosan yang mempunyai arti menerobos ini dilakukan ketika upacara kematian. Sebelum jenazah di bawa ke kuburan, biasanya para keluarga terdekat melakukan tradisi brobosa. Hal ini dipercaya agar keluarga yang ditinggalkan melupakan kesedihan dan menjadi bentuk penghormatan terakhir kepada mendiang.

Tatung – Singkawang

tatung
Image: kalimantanku.blogspot.com
Tradisi tatung ini selalu diadakan di kota Singkawang menjelang Cap Go Meh. Perayaan Cap Go Meh di daerah ini berlangsung sangat meriah dengan kehadiran tatung. Dalam pawai yang diadakan sangat meriah ini para tatung akan kebal terhadap benda – benda tajam, jadi selama parade tatung akan melakukan peragaan seperti debus.  

Sumber: https://www.shopback.co.id/blog/12-tradisi-unik-yang-hanya-bisa-ditemukan-di-indonesia